GURU YANG MENGINSPIRASI ANAK DIDIK MEMBERIKAN MOTIVASI SEPANJANG PROSES KEHIDUPANNYA
“Ketika kesempatan setahun mengajar
di kelas bisa menginspirasi dan memotivasi
anak didik sepanjang perjalanan hidupnya meraih cita-cita, maka peran guru
menjadi teramat mulia, berharga, dan terus berpendar dalam kehidupan”
Oleh :
Hj. Darlina
Kartika Rini, SP, M.Si
Dosen
STIT-SIFA, Bogor
Pendidikan adalah suatu kegiatan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga mempunyai kemampuan dan ketrampilan
yang berguna bagi anak didik, bagi masyarakat dan bagi lingkungan di
sekitarnya. Pendidikan terbagi menjadi beberapa periode perkembangan, dimana
masing-masing periode perkembangan memerlukan penanganan yang berbeda sesuai
dengan usia anak didik dan kondisi lingkungannya. Setiap periode pendidikan
memerlukan peran serta pendidik yang mempunyai kemampuan berbeda-beda sesuai
dengan periode perkembangan anak didik. Kesinambungan pembelajaran yang
berkualitas menentukan kualitas anak didik. Bahkan di dunia pendidikan tinggi
dilakukan penilaian untuk menentukan urutan rangking kualitas pendidikan tinggi
yang dilakukan secara berkala di seluruh dunia untuk mencapai “World Class
Universities”, dengan tujuan memperbaiki kualitas lembaga pendidikan tinggi,
sehingga lembaga pendidikan akan terus berpacu memperbaiki diri. Artinya
pendidikan berkualitas diyakini akan menghasilkan anak didik yang
berkualitas.
Jika kita membaca biografi tokoh terkenal
atau mendengar cerita kesuksesan tokoh tersebut, biasanya selalu terselip
cerita tentang guru yang sangat menginspirasinya walaupun hanya karena sedikit
kata pujian yang diberikan guru kepada dirinya di masa sekolah dulu. Maka selain
kualitas lembaga pendidikan, peran guru merupakan bagian terpenting yang
menentukan keberhasilan pendidikan. Pendidikan Indonesia dengan segenap
kelebihan dan kekurangannya setidaknya harus tetap mengutamakan unsur
keindonesiaan dengan terus mengembangkan teknologi dan mengadaptasi gejolak globalisasi.
Konsep pendidikan adalah suatu kegiatan
ilmiah yang merupakan bagian dari mengaktifkan dan memaksimalkan fungsi otak, sehingga
menjadi manusia yang seimbang dan berkualitas. Area terpenting otak yang perlu
dipahami dalam mengenali kekuatan otak adalah serebrum atau yang sering disebut
'otak kiri dan kanan'. Serebrum membagi tugas ke dalam dua kategori utama yaitu
tugas otak kanan dan otak kiri. Tugas bagian otak kanan antara lain musik, seni,
kesadaran ruang, imajinasi, imajinasi, warna, dan dimensi. Tugas bagian otak
kiri antara lain mengolah kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan
analisis. Bidang yang dipengaruhi oleh kegiatan belahan otak kiri adalah bidang
intelektual, akademik, ilmiah dan bisnis. Belahan otak kanan meliputi fungsi seni,
kreatif, imajinatif dan naluriah.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa
kekuatan dan kelemahan yang berkelanjutan dari keterampilan setiap orang lebih
merupakan fungsi kebiasaan bukan dari desain dasar otak. Bila seseorang memiliki
kelemahan pada area tertentu, kemudian dilatih maka keterampilan dan kekuatan
orang tersebut di area-area lain ikut menguat. Misalnya A lemah dalam
keterampilan menggambar dilatih menggambar dan melukis, maka kemampuan
akademisnya akan meningkat secara keseluruhan, terutama pada bidang-bidang
seperti geometri dimana persepsi dan imajinasi berperan penting. Contoh lain
adalah keterampilan yang dimiliki otak kanan yaitu berimajinasi atau melamun
memberi istirahat yang sangat diperlukan kepada bagian-bagian otak yang
melakukan pekerjaan analitis, melatih pemikiran kreatif, imajinatif dan memberi
kita kesempatan untuk berkarya, mencipta, memecahkan masalah, menghasilkan ide
dan mencapai tujuan. Bila hanya mengandalkan salah satu sisi otak dan
melalaikan sisi lainnya, maka akan mengurangi potensi keseluruhan otak secara
drastis. (kutipan dari "Buku Pintar
MIND MAP" by Tony Buzan). Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah
seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak
kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai
bergaul atau bersosialisasi. Perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan kanan
akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada seseorang.
Perbedaan teori fungsi otak kiri dan otak kanan ini telah populer sejak tahun
1960an, dari hasil penelitian Roger
Sperry.
Berdasarkan pada hakekat penting pendidikan
tersebut, maka dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi anak
didik. Bahwa pendidikan harus meliputi Intelejensia, kecerdasan Emosional dan
kecerdasan Spiritual. Peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator dalam
proses pendidikan anak didik. Pertama, memberikan materi untuk pengembangan
pengetahuan dan memaksimalkan peran otak kanan sehingga Intelijensia
terasah. Kedua, melatih kemandirian dan
sosialisasi untuk pengembangan otak kiri sehingga kecerdasan emosional
berkembang. Ketiga, memberi kasih sayang untuk pemenuhan jiwa menuju
peningkatan kecerdasan Spiritual.
Peran guru secara khusus adalah mengambil
peran sebagai pemimpin anak didik dalam proses pembelajaran. Ketika guru sudah
memiliki otoritas di kelas dan memiliki pengaruh besar bagi anak didik, maka
usaha selanjutnya akan lebih mudah dilakukan.
Tahap pertama, bagian
terpenting proses pembelajaran yang harus dilakukan adalah mengembangkan
kemampuan anak didik untuk memaksimalkan fungsi indera, menulis, membaca,
mendengar, mengerjakan, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. Tahap kedua, pada proses selanjutnya
guru berperan memotivasi, menjaga konsistensi semangat anak didik, memberikan
pengarahan, menekankan kerjasama kelompok belajar, membantu menentukan
cita-cita dan target pencapaian, memberikan wawasan berpikir luas dan
meningkatkan upaya anak didik dalam pencapaian target. Ketika kedua tahap telah
dapat dilakukan dengan baik maka harus memasuki tahap berikutnya, tahap ketiga, yaitu mengasah kecerdasan
spiritual anak didik melalui pemenuhan kasih sayang, perhatian dan pengembangan
karakter anak didik.
Guru harus mampu menginspirasi dengan kekuatan
karakter positif yang dimiliki oleh guru. Guru tidak akan memberikan peran
maksimal ketika guru tidak mengenal dirinya sendiri, tidak mampu mentransfer
karakter positifnya dan belum mampu menginspirasi anak didik. Ketika guru
memberikan yang terbaik dari dirinya untuk anak
didik, maka anak didik akan terinspirasi seumur hidupnya, merasakan
energi positif yang berpendar dari gurunya, dan tak terlupakan sepanjang
perjalanan hidupnya meraih cita-cita. Maka fungsi guru akan sempurna sesuai
hakikatnya. Ketika anak didik suatu saat
meraih kesuksesannya, maka akan disampaikannya pada siapa saja, bahwa dia
memiliki guru yang menginspirasinya, meneladaninya, dan mampu menumbuhkan
motivasinya sepanjang perjuangannya meraih cita-citanya.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar